Minggu, 27 Juli 2008

CALL FOR ENTRY KOMPETISI FILM DOKUMENTER INDONESIA 2008

Call for Entry

Kompetisi Film Dokumenter Indonesia
Festival Film Dokumenter VII 2008

Kompetisi Film Dokumenter Indonesia Festival Film Dokumenter telah menginjak penyelenggaraan yang ke-7. FFD sampai saat ini masih menjadi satu-satunya festival film khusus film dokumenter di Indonesia, dengan kompetisi film dokumenter sebagai salah satu program utama, selain program-program pemutaran, diskusi, workshop, masterclass, schooldoc, dan lain-lain. Selama penyelenggaraannya, Kompetisi FFD telah diikuti lebih dari 300 filmmaker dari seluruh Indonesia, dengan para juri dari dalam dan luar negeri.


Selasa, 04 Desember 2007

KOMPETISI DOKUMENTER INDONESIA 2007

Kompetisi Film Dokumenter Indonesia adalah program utama Festival Film Dokumenter 2007 yang dirancang untuk memberikan apresiasi dan penghargaan bagi karya-karya terbaik yang dihasilkan oleh para kreator. Kompetisi ini diharapkan menjadi barometer dalam penyelenggaraan festival sejenis dan menjadi ajang uji karya bagi film-film dokumenter Indonesia mutakhir dan terbaik.

Kompetisi dibagi dalam dua kategori, yakni Kategori Pemula dan Kategori Umum. Kompetisi Kategori Pemula/Firsttime Filmmaking bertujuan untuk memberikan stimulan kepada anak muda/filmmaker pemula untuk mulai berkreasi atau memproduksi film dokumenter, sedang Kompetisi Kategori Umum/Profesional bersifat terbuka untuk umum, baik profesional independen, rumah produksi, LSM, televisi dan lembaga media, maupun institusi khusus lainnya.

Dewan Juri Kompetisi Film Dokumenter Indonesia FFD2007.
Juri Final Kategori Umum:

a.    JB Kristanto, telah mulai menulis kritik film di usia duapuluhan sampai kemudian menjadi wartawan harian Kompas, dengan spesialisasi bidang-bidang kebudayaan, termasuk film, selama lebih dari tiga puluh tahun. Tulisan-tulisannya dibukukan dalam Nonton Film Nonton Indonesia (2004), kumpulan tulisannya di harian Kompas tentang dunia perfilman indonesia sejak tahun 1972, mulai dari reportase, resensi hingga tinjauan kritis. Ia juga menyusun buku Katalog Film Indonesia (2005), kumpulan resensi film-film Indonesia dari tahun 1926-2005. Ketua Dewan Kurator Bentara Budaya ini juga beberapa kali menjadi juri Festival Film Indonesia, Festival Film Pendek IKJ, dan Festival Film Dokumenter (2005 dan 2006).

b.    PM Laksono, adalah pengajar di Antropologi UGM. Saat ini peneliti di Pusat Studi Asia Pasifik UGM. Ia menjadi juri utama Festival Film Dokumenter (2002-2003) dan Jogja-Netpac Asian Film Festival (2006). Selain itu, ia juga pernah menulis beberapa buku. Di antaranya adalah:     Kekayaan, Agama dan kekuasaan: Identitas dan konflik di Indonesia Timur Modern, Pergulatan Identitas Dayak dan Indonesia: belajar dari Tjilik Riwut, perempuan di Hutan mangrove: Kearifan Ekologis Masyarakat Papua

c.    Alain Compost, berasal dari Perancis dan saat ini menetap di Bogor, Jawa Barat. Ia aktif dalam gerakan pelestarian lingkungan hidup, selain sebagai fotografer, kameramen, dan sutradara film dokumenter bertema wild life dan lingkungan hidup, antara lain untuk The Animal Planet, National Gegraphic, International Wildlife, BBC Wildlife, dan beberapa televisi di Perancis.

d.    Seno Gumira Ajidarma, adalah sastrawan, wartawan, fotografer dan kritikus film, sekaligus pengamat budaya. Dosen IKJ ini menyelesaikan pendidikan di IKJ (S1), Magister Ilmu Filsafat UI (S2), dan Doktoral Ilmu Sastra UI (S3). Karya tulis untuk menyelesaikan studinya di IKJ telah dibukukan dalam Layar Kata: Menengok 20 Skenario Pemenang Citra FFI 1973-1992 (2000). Ia juga telah menulis lebih dari dua puluh judul buku, baik karya sastra, kritik film, kajian budaya, esai populer, dan fotografi. Sebagai sastrawan, ia meraih penghargaan SEA Write Award (1987), Dinny O’Hearn Prize for Literary (1997), dan Khatulistiwa Literary Award (2005).

 Juri Kategori Pemula:

a.    Zam-Zam Fauzanafi, aktivis dan peneliti antropologi visual. Pendiri Rumah Sinema dan editor jurnal kritik film Clea ini juga aktif di Kampung Halaman, sebuah lembaga advokasi media audio visual.

b.    Budi Irawanto, pengajar di Ilmu Komunikasi UGM. Ia menjadi direktur Jogja-Netpac Asian Film Festival, peneliti dan penulis kajian media dan komunikasi, di antaranya telah diterbitkan menjadi buku, yakni Film, Ideologi, dan Militer: Hegemoni Militer dalam Sinema Indonesia dan Menguak Peta Perfilman Indonesia.

c.    Seno Joko Suyono, banyak menulis telaah seni dan budaya sejak masa mahasiswa di Fakultas Filsafat UGM. Ia menjadi wartawan D&R kemudian di majalah Tempo sampai sekarang. Tulisannya yang telah dibukukan adalah Tubuh yang Rasis: Tekaah Kritis Michel Foucault atas Dasar-Dasar Pembentukan Diri Kelas Menengah Eropa (2002) dan “Keluar dari Voyeurisme Oskar dan Ekshibisionisme Siren” dalam Wild Reality: Refleksi Kelamin dan Sejarah Pornografi (2003). Bersama Benny Benke, ia membuat film Gerimis Kenangan, dari Sahabat Terlupakan yang menang di Festival Film Indonesia 2006 untuk kategori film dokumenter


Kompetisi Film Dokumenter Indonesia FFD 2007


Kategori Umum

Jakarta Beda

Sakti Parantean, Jakarta, 17 min, Prod: Fictionary Media Technology, 2007

Terjebak macet adalah makanan sehari-hari penduduk Jakarta. Hal ini juga selalu dialami Agus ketika menyusuri jalanan ibukota. Tapi hari itu, awal 2007, Jakarta kedatangan "tamu" tahunan yang tak diundang: Banjir. Kendaraan tak lagi menyemut di jalanan, melainkan memenuhi jalan layang. Agus yang juga tengah “melayang” dikawal polisi dan berusaha menemui rekannya yang terjebak banjir. Ia menyusuri jalanan yang terendam di Jakarta yang hari itu tak lagi sama. Jakarta Beda!

Stuck in the traffic jam is daily activity for Jakarta inhabitant. Agus always feels it when go along the street. But that day, earlier of 2007, Jakarta got an uninvited guest : flood. The vehicles not only full fill the road, but also the fly over. Agus was drifting guarded by the police and try to meet his friends who trapped by the flood. Goes along in Jakarta was different.

Jum’at, Dec 14 |17.00| Vredeburg 1


Laut yang Tenggelam (The Drown Sea)


Yuslam Fikri Ansari (Yufik), Bandung, 94 min, Prod: Komunitas Perfilman Intertekstual (KoPi), 2007

Akibat sedimentasi terus-menerus, Laguna Sagara Anakan yang terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Nusa Kambangan, mengalami pendangkalan. Dari tahun ke tahun, luas Sagara Anakan kian menyempit, bentang alam pun berubah: tanah timbul terus bermunculan, membentang dan sebagian di antaranya menempel di sepanjang Pulau Nusa Kambangan yang selama ini lebih dikenal sebagai "pulau penjara". Masyarakat Kampung Laut yang hidup di sekitar Sagara Anakan yang merupakan masyarakat nelayan, sebagian di antaranya kemudian mulai beralih profesi menjadi petani: "nunut nandur" di tanah timbul yang dulunya adalah laut tempat mereka menyandarkan hidup. Di balik kecemasan akan pertanyaan, tanah timbul yang dulunya adalah laut tempat mereka menyandarkan hidup itu milik siapa, tak hentinya pula mereka berjuang demi mewujudkan sebuah harapan: tanah yang tadinya laut itu kelak akan bisa menjadi milik mereka.

The Segara Anakan Lagoon is transforming into land due to silt buildup. Faced with having to give up fishing, the local people search tentatively for a new lifestyle, occasionally singing as they come to terms with their new land and its scenery.

Kamis, Dec 13 |16.30| Vredeburg 1


No Clear!

K Ardi, Yogyakarta, 15 min, Prod: LkiS, 2007

Pemerintah Indonesia berencana membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Semenanjung Muria, Jepara, Jawa Tengah. PLTN Ini dijadwalkan 2016 sudah beroperasi. Film ini merupakan interview terhadap warga Desa Balong (desa yang paling dekat dengan tapak PLTN) tentang rencana tersebut.

Indonesian government plan builts nuclear electricity power plant in Semenanjung Muria, jepara, central Java. They scheduled, on 2016 this nuclear electricity power plant can perform completely. This film shows depth interview about the plan to Balong’s Citizen, Balong is the nearest village from nuclear electricity power plant.

Selasa, Dec 11 |19.00| Vredeburg 1


Restaurant Indonesia

Dhani Agustinus, Jakarta/France, 23 min, 2007

Restaurant Indonesia, membela harkat dan martabat bangsa. Kisah perjuangan para pendiri Restaurant Indonesia di Paris, Perancis. Pendiri yang sebagian adalah pengungsi politik yang tidak bisa pulang ke Indonesia untuk waktu yang cukup lama pada zaman Orba karena diindikasikan terkait dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) sepakat untuk memberi akses pekerjaan kepada rekan-rekan senasib agar tidak selalu bergantung pada pemerintah Perancis. Suka, duka, kendala, dan masalah menghadang mereka, termasuk diboikot oleh pejabat-pejabat di Jakarta ketika pemerintahan Orba. Perjalanan yang panjang menempa kelangsungan restoran ini, sampai kemudian dianggap sebagai salah satu wakil kebudayaan Indonesia di Perancis.

Indonesian restaurant assists national values and prestiges. Its about the effort of indonesian restaurant founder in Paris. Part of the founder was political refugee who couldn’t return home for a long time on Orde baru regime, because they were indicated hooked with PKI (Indonesian Communist Party). They were made an agreement to give acsses for their colleague not to depend on Franch government. Happines and sorrow happened to their activity, for example boycotted by government functionary in Jakarta. It was a long story, until the reataurant became Indonesian representative culture in Paris.

Jum’at, Dec 14 |17.00| Vredeburg 1


Serpihan Hati

Rabernir, Yogyakarta, 10 min, prod: Picture Talks, 2007

Gempa mengguncang Jogja, Mei 2005. Dua tahun setelahnya, masalah masih melekat erat dengan korbannya. Film ini mengangkat kisah pahit tentang bantuan gempa yang jadi alasan poligami.

Two years after Jogja earthquake, problems still so close with the victim. This documentary shows an unpleasant story about erathquake aid fund, which became the reason for polygamy.

Selasa, Dec 11 |19.00| Vredeburg 1


Suaktimah

Fozan Santa, Banda Aceh, 36 min, Prod: Lakasspia, 2006

Seorang pelukis tua, korban dan saksi mata ombak raya tsunami 2004 di Aceh. Ia trauma. Ia melukis peristiwa itu sebagai catatan buat anak cucu. Lalu ia keliling Aceh, mengajar lukis anak-anak korban tsunami. Mengajak mereka gembira sambil melepas trauma ombak dalam lukisan.

An old artis, a victim and eyewitness of tsunami on 2004 in Aceh. He was shocked. He painted the story as notes for his son and grandchild. Then he walk around the city to teach the children. Lead them to happyness and lead to push their bad memories though their painting.

Selasa, Dec 11 |19.00| Vredeburg 1


Water from Heaven

Wawan Sumarmo, Jakarta, 15 min, Prod: DAAI TV, 2006

Badruzaman, seorang anak SD, harus menyeberangi sungai yang arusnya deras agar bisa sampai di sekolahnya. Sekolah dengan fasilitas minim dan bocor saat hujan, sungai yang meluap dan memaksanya menginap di sekolahan, tidak menyurutkan semangat Badruz untuk bersekolah demi mengejar cita-citanya.

Badruzaman was an elementary school students, He must across the river on swim just for going to school. The school’s condition sometime makes him stay overnight when downpour and the river water bubles up. These lacknes didn’t make him surrender, to catch his dream.

Jum’at, Dec 14 |17.00| Vredeburg 1

Kategori Pemula (beginner)

Anakku Bukan Penjarah

Zainal Abidin, Jakarta, 13 min, prod: BSI, 2007

Kerusuhan Mei 1998 masih menyisakan perih di hati para keluarga korban, sembilan tahun telah berlalu tapi cap "penjarah" masih melekat bagi para korban. “Anakku Bukan Penjarah” adalah jeritan para keluarga korban yang selama ini terbungkam.

In 1998, riot happened in Indonesia who called ‘Kerusuhan Mei 1998’. This riot still leave smart hurt for family victim. Although it has left nine years, but predicate as plunderer still stuck for the victim. “Anakku Bukan Penjarah” tells us about family victim expressions who keep silent completely for nine years.

Selasa, Dec 11 | 16.45 | Vredeburg 1


Bumi Khayalan

Nanki Nirmanto, Purbalingga, 7 min, Prod: BOZZ community, 2007

Pengrusakan lingkungan tidak hanya terjadi di kota besar saja, di kota kecil pun sudah terjadi. Pengrusakan lingkungan pada dasarnya diawali oleh tangan manusia sendiri. Baik melalui limbah pabrik, maupun pembuangan sampah oleh masyarakat yang menyalahi aturan. Asap-asap kendaraan bermotor pun ikut menyumbangkan polusi udara. Hutan yang diharapkan dapat menetralkan lingkungan justru sudah rusak akibat faktor alam maupun ulah para manusia.

Environment destruction not only occur at a big city, but happened at small city. The beginning of an environment destruction came from human activity, for example useless waste water from a factory, and violate rubbish throwing. Transportation smoke contributed air pollution too. And now people can’t handled the pollutant just by the forest, because of their carelessness.

Selasa, Dec 11 | 16.45 | Vredeburg 1


Di Antara Lamunan dan Gerbong

Garry Vichardo Maghasty, Jakarta,10 min, Prod: BSI, 2007

Menceritakan tentang Komeng, seorang penyapu gerbang yang jauh dari perspektif anak-anak jalanan lainnya. Hidupnya bergulir, di antara gerbong kereta, demi mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

Komeng, a railway coach broom who came from far away, and different from the other street child. He spent his life on railway coach, earn money to meet the needs of his family.

Selasa, Dec 11 | 16.45 | Vredeburg 1


Paggoyang Caddia

Lusyanne Erhid Salla dan Syamsir , Makassar, 16 min, Prod: In docs, 2007


Yusuf, si penggoyang Caddia, putus sekolah sejak kelas tiga SD. Di usia 10 tahun ia kerap menggeluti pekerjaan menggayuh becak selama empat tahun dan kerap mengalami kekerasan baik di rumah maupun di jalanan.


Yusuf is Caddia swayer, he has broken school since he was on 3rd class. On 10 years old, he often a violence either at home and at school. He likes do his job as a caddia swayer.

Selasa, Dec 11 | 16.45 | Vredeburg 1



Share the World

Nendra Primonik, Yogyakarta, 9 min, Prod: YLIP, 2007

Sekolah, rumah sakit, taman kota, dan pusat perbelanjaan adalah fasilitas yang bisa diakses dengan nyaman, jalan yang bisa dilalui dengan mudah, dsb. Tanpa aksesbilitas, bagaimana para difabel ikut menikmati fasilitas tersebut?

School, hospital, public garden, and supermarket is public facility we can accses easily and comfortly. Without their accesbility how the person who have physical disibality can use the facility?

Selasa, Dec 11 | 16.45 | Vredeburg 1


Songo Sewu Sonosewu

Alvi Apriyandi, Yogyakarta, 5 min, Prod: Seven Pictures, 2007

Pak Bewok panggilan akrab seorang "timer" di daerah Sonosewu. Profesi ini telah digelutinya sejak tahun 1992. Anehnya bis yang melewati daerah ini hanya yang berjalur 9. Seribu rupiah adalah hasil yang diperoleh Pak Bewok dari satu bis yang melewati daerahnya.

Mr Brewok is a bus timer at Sonosewu, Jogjakarta. He has been a bus timer since 1992. Unfortenately, only bus number 9 covered his territory. So, he just earn one thousand rupiahs from each bus passed his territory.

Selasa, Dec 11 | 16.45 | Vredeburg 1